BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.2 Pengertian
Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Terry (2009:8) dalam Rosidah mengatakan “Management is the accomplishing of the
predemermined ,objective through the efforts of other people.” (Manajemen
adalah melakukan pencapaian tujuan (organisasi) yang sudah ditentukan
sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain).
Menurut Koontz dan Donnel (2009:8) dalam Rosidah mengatakan “Management
is getting thing done, through other people.” (Manajemen adalah
penyelesaian pegawai melalui orang lain).
Menurut Pfifner (2009:8) dalam Rosidah mengatakan “Management is concerned with the direction
of these individuals and functions to achieve ends previously determined.” (manajemen
berhubungan dengan pengarahan orang dan tugas-tugasnya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan).
Menurut Stoner dan Freeman (2009:8) dalam Rosidah
mengatakan manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi dan proses penggunaan semua lain-lain sumber daya organisasi untuk
tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
2.2 Pengertian
Disiplin
Menurut Keith Davis
(2009:129) dalam buku Anwar Prabu Mangkunegara mengemukakan bahwa “Dicipline is management action to enforce
organization standards”. Berdasarkan pendapat Keiht Davis, Disiplin kerja
dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen unruk mempengaruhi
pedoman-pedoman organisasi.
Menuru
Handoko (2012:208) disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan
standar-standar organisasional.
2.1.1 Pengertian Disiplin Pegawai
Menurut Singodimedjo
(2009:86) dalam Rosidah mengatakan,
disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan
menaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya. Disiplin karyawan
yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot
akan menjadi penghalang dan pemperlambat pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Terry (2009:87) dalam Rosidah
mengatakan, disiplin merupakan alat penggerak karyawan.
Menurut Latainer (2009:87) dalam
Rosidah mengartikan disiplin sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam
tubuh karyawan dan menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan sukarela
pada keputusan, peraturan dan nilai-nilai tinggi dari dari pekerjaan dan
perilaku.
Menurut Beach (2009:88) dalam Rosidah
mengatakan disiplin mempunyai dua pengertian. Arti yang pertama, melibatkan
belajar atau mencetak perilaku dengan menerapkan imbalan atau hukuman. Arti
kedua lebih sempit lagi, yaitu disiplin ini hanya bertalian dengan tindakan
hukuman terhadap pelaku kesalahan.
Menurut
Rivai dan Sagala (2009:825) Disiplin kerja adalah sesuatu alat yang digunakan
para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk
mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya upaya untuk meningkatkan
kesadarandan kesediaan seseorang mentaati semua peraturanperusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku.
2.1.2 Macam-macam Disiplin
Kerja
Menurut Mangkunegara (2009:129) mengatakan ada dua bentuk disiplin
kerja, yaitu disiplin preventif, dan
disiplin korektif.
1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya menggerakan
pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah
digariskan oleh perusahaan.Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakan pegawai
kedisiplinan diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya
terhadap peraturan-peraturan perusahaan.
Pemimpin perusahaan mempunyai tanggang jawab dalam
membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif.Begitu pula pegawai harus
dan wajib mengetahui, memehami semua pedoman kerja serta peaturan-peraturan
yang ada dalam organisasi.
Disiplin
preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk
semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika sistem organisasi baik,
maka diharapkan akan lebih mudah menegakan disiplin kerja.
2.
Disiplin
Korektif
Disiplin
korektif adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam menyatukan suatu
peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman
yang berlaku pada perusahaan.
Pada disiplin
korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai
pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada
pelanggar.
disiplin
korentif memerlukan perhatian khusus dan proses prosedur yang seharusnya.
Menurut Keith Davis (2009:130) dalam buku Anwar Prabu Mangkunegara mengemukakan
bahwa:
Corrective dicipline requires attention to due
process, which means that procedures show concern for the rights of the
employee involved. Major requirements for due process include the following: 1)
A presumption of innocence until reasonable proof of an employee’s role in an
affense is presented; 2) The right to heard and in some cases to be represented
by another person; 3) Discipline that is reasonable in relation to the offense
involved.
Keith Davis berpendapat bahwa disiplin
korektif memerlukan perhatian proses yang seharusnya, yang berarti bahwa
prosedur harus menunjukan pegawai yang bersangkutan benar-benar terlibat.
Keperluan proses yang seharusnya itu dimaksudkan adalah pertama, suatu prasanka
yang tak bersalah sampai pembuktian pegawai berperan dalam pelanggaran. Kedua,
hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakolkan oleh pegawai lain. Ketiga,
disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungan dengan keterlibatan pelanggaran.
2.3
Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut Rosidah
(2009:130) Ada tiga pendekatan disiplin yaitu pendekatan disiplin modern,
disiplin dengan tradisi, dan disiplin bertujuan.
1.Pendekatan
Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan
sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di luar hukuman. Pendekatan imi
berasumsi :
Disiplin
modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara fisik.
a.
Melindungi
tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang berlaku.
b.
Keputusan-keputusan
yang semuanya terhadap kesalahan atau prasangka harus diperbaiki dengan
mengandalkan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya.
c.
Melakukan
protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus disiplin.
2. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan
disiplin dengan cara memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a.
Disiplin
dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali
bila telah diputuskan.
b.
Disiplin adalah
hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaan harus disesuaikan dengan tingkat
pelanggarannya.
c.
Pengaruh hukuman
untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun kepada pegawai lainnya.
d.
Peningkatan
perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras.
e.
Pemberian
hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya harus diberi hukuman yang
lebih berat.
3.
Pendekatan
Disiplin Bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:
a.
Disiplin kerja
harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai
b.
Disiplin
bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku
c.
Disiplin
ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik
d.
Disiplin pegawai
bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap perbuatannya
2.4 Faktor-faktor
yang Memengaruhi Disiplin Kerja
Menurut Singodimedjo (2009:186) dalam
Rosidah, faktor yang memengaruhi disiplin pegawai adalah
sebagai berikut :
1.
Besar kecilnya pemberian
konpensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat
memengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan akan mematuhi segala peraturan
yang berlaku, bila ia mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih
payahnya yang telah dikontribusikan bagi perusahaan. Bila ia merasa mendapat
jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah
dikontribusikan bagi perusahaan. Bila ia menerima kompensasi yang memadai,
meraka akan dapat bekerja dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, bila ia merasa
konpensasi yag diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan berpikir mendua, dan
berusaha untuk mencari tambahan penghasilan lain di luar, sehingga menyebabkan
ia sering mangkir, sering minta izin ke luar.
Namun demikian,
pemberian kompensasi yang memadai belum tentu pula menjamin tegaknya disiplin.
Karena pemberian kompensasi hanyalah merupakan salah satu cara meredam
kegelisahan para karyawan, di sanping banyak lagi hal-hal yang diluar
kompensasi yang harus mendukung tegaknya disiplin kerja dalam perusahaan.
Realitanya dalam praktik lapangan,, memang dengan pemberian kompensasi yang
mencukupi, sedikit bayak akan membantu karyawan untuk bekerja tenang, karena
dengan menerima kompensasi yag wajar kebutuhan primer mereke akan dapat
terpenuhi.
2.
Ada tidaknya
keteladanan pimpina dalam perusahaan;
Keteladanan
pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan perusahaan, semua
karyawan akan selalu memerhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakan disiplin
dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan dan
sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yag sudah ditetapkan. Misalnya bila
aturan jam kerja pukul 08.00, maka si
pemimpin tidak akan masuk kerja terlambat dari waktu yang sudah ditetapkan.
Peranan
keteladanan pimpinan sangat berpengaruh besar dalam perusahaan, bahkan sangat
dominan dibandingkan dengan semua faktor yang memengaruhi disiplin dalam
perusahaan, karena pimpinan dalam suatu perusahaan masih menjadi panutan para
karyawan. Para bawahan akan selalu meniru yang dilihatnya setiap hari. Apa pun
yag dibuat pimpinannya. Oleh sebab itu bila seseorang pimpinan menginginkan
tegaknya disiplin dalam perusahaan, maka ia harus lebih dahulu mempraktikan,
supaya dapat di ikuti dengan baik oleh para karyawan lainnya.
3.
Ada tindakan
aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan;
Pembinaan
disiplin tidak akan terlaksana dalam perusahaan,bila tidak ada aturan tertulis
yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak mungkin ditegakan
bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan yang dapat diubah
–ubah sesuai kondisi dan situasi. Para karyawan akan mau melakukan disiplin
bila da aturan yang jelas dan diinformasikan kepada mereka. Bila aturan
sisiplin hanya menurut selera piminan saja, atau berlaku untuk orang tertuntu
saja, jangan diharap bahwa para karyawan akan mematuhi aturan tersebut. Oleh
sebab itu disiplin akan dapat ditegakkan dalam suatu perusahaan, jika ada
aturan tertulis yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, para karyawan
akan mendapat sesuatu kepastian bahwa siapa saja dan perlu dikenakan sanksi
tanpa pandang bulu.
4.
Keberanian
pimpinan dalam mengambil tindakan;
Bila ada seorang karyawan yang melanggar
disiplin, maka perlu ada keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang
sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dimuatnya. Dengan adanya tindakan
terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan
akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang
serupa. Dalam situasi demikian, maka semua karyawan akan bener-bener terhindar
dari sikap sembrono, asal jadi seenaknya sendiri dalam perusahaan. Sebaliknya
bila pimpinan tidak berani mengambil tindakan, walaupun sudah terang-terangan
karyawan tersebut melanggar disiplin, tetapi tidak ditegor/dihukum, maka akan
berpengaruh kepada suasana kerja dalam perusahaan. Para karyawan akan berkata:
untuk apa disiplin, sedang orang yang melanggar disiplin saja tidak pernah
dikenakan sanksi.
5.
Ada tidaknya
pengawasan pimpinan;
Dalam setiap
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan, yang akan
mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan
sesuai dengan yang telah diterapkan. Namun sudah menjadi tabiat manusia pula
bahwa mereka selalu ingin bebas, tanpa terikat atau diikat oleh peraturan apa
pu juga. Dengan adanya pengawasan seperti demikian, maka sedikit banyak para
karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja. Mungkin untuk sebagian
karyawan yang sudah menyadari arti disiplin, pengawasan seperti ini tidak
perlu, tetapi bagi karyawan lainnya, tegaknya disiplin masih perlu agak
dipaksakan, agar mereka tidak berbuat semaunya dalam perusahaan.
Orang yang paling tepat melaksanakan
pengawasan terhadap disiplin ini tentulah atasan langsung para karyawan yang
bersangkutan.Hal ini disebabkan para atasan langsung itulah yang paling tahu
dan paling dekat dengan para karyawan yang ada di bawahnya.Pengawasan yang
dilaksanakan atasan langsung ini sering disebut WASKAT. Pada tingkat mana pun
ia berada, maka seorang pemimpin bertanggung jawab melaksanakan pengawasan
melekat ini, sehingga tugas-tugas yang dibebankan kepada bawahan tidak
menyimpang dari apa yang telah ditetapkan.
6.
Ada tidakya
perhatian kepada para karyawan;
Mereka adalah
manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara yang satu dengan yang lain.
Seorang karyawan tidak hanya puas dengan penerimaan kompensasi yang tinggi,
pekerjaan yang menantang, tetapi juga mereka masih membutuhkan perhatian yang
besar dari pimpinannya sendiri.Keluhan dan kesulitan mereka ingin didengar, dan
dicarikan jalan keluarnya, dan sebagainya. Pimpinan yang berhasil member
perhatian yang besar kepada para karyawan akan dapat meniptakan disiplin kerja
yang baik. Karena ia bukan hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga
mempunyai jarak dekat dalam artian jarak batin. Pimpinan demikian akan selalu
dihormati dan dihargai oleh para karyawan, sehingga akan berpengaruh besar
kepada prestasi, semangat kerja dan moral kerja karyawan.
7.
Diciptakan
kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
Kebiasaan-kebiasaan
positif itu antara lain adalah sebagai berikut:
§ Saling menghormati, bila ketemu di lingkungan
pekerjaan;
§ Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya
sehingga para karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut;
§ Sering mengikutsertakan karyawan dalam
pertemuan-pertemuan, apalagi pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan
pekerjaan mereka; dan
§ Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada
rekan sekerja, dengan menginformasikan, ke mana dan untuk urusan apa, walaupun
kepada bawahan sekalipun.
Pemimpin yang kurang baik, yang memakai
kekuasaannyadengan sewenang-wenang dan menggunakan ancaman terus-menerus,
kadang dapat memperoleh apa yang tampak sebagai disiplin yang baik, namun rasa
gelisah dan tidak tenteram yang timbul dari oeraturan yang keras dan paksaan
saja, dapat meledak di muka pemimpin setiap waktu.
Dengan
kepemimpinan yang baik, seorang pemimpin dapat berbuat bayar untuk menciptakan
iklim kerja yang memungkinkan penegakan disiplin sebagai proses yang wajar,
karena para karyawan akan menerima serta mematuhi peraturan-peraturan dan
kebijakan-kebijakan sebagai pelindung bagi kebehasilan pekerjaan dan
kesejahteraan pribadi mereka black (dalam mas,ud,2000).
Secara umum beranggapan bahwa pelaksanaan
disiplin kerja harus memperhitungkan juga keadaan karyawan.Kebanyakan pemimpin
mengetahui bahwa dari waktu ke waktu para karyawan membawa serta
masalah-masalah pribadi ke tempat kerja. Oleh karena itu, penerapan disiplin
secara membabi buta tanpa meninjau sebab-sebab dan suatu pelanggaran terlebih
dahulu, akan menimbulkan hasil yang tidak menguntukan.
Absensi atau
tidak hadirnya karyawan, oleh tohardi (2002) ditunjukan sebabnya antara lain
karena lain kerena karyawan sakit, kesehatan menurun, atau sedang menyelesaikan
urusan pribadi. Dalam bentuk pelanggaran disiplin, absensi ini disebabkan oleh
rendahnya rasa tanggung jawab karyawan, karena tidak mampu mengontrol diri
terhadap acara-acara musiman yang dianggap baik, seperti menikmati libur
melampaui liburan yang melakukan pelanggaran ini, demikian juga dengan karyawan
baru atau tua, di samping lokasi kerja yang jauh.
Selain dari itu,
masuk akl tidaknya peraturan yang berlaku juga berpengaruh terhapat disiplin
kerja. Bila karyawan merasa bahwa peratuan yang diberlakukan terhadap meraka
tidak masuk akal, mereka akan memandangnya tanpa banyak komentar. Dengan kata
lain, mereka menaati peraturan bukan karena takut akan hukumannya, tetapi
karena percaya bahwa apa yang dilakukan merupakan tindakan yang benar. Oleh karena
itu organisasi yang baik harus berupaya menciptakan peraturan dan tata tertib
yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh seluruh pegawai dalam
organisasi. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya
disiplin kerja karyawan antara lain dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
seperti kepemimpinan, keadaan karyawan itu semdiri, serta peraturan-peraturan
yang di berlakukan dalam organisasi tersebut.
2.5 Indikator-Indikator
Kedisiplinan
Fathoni
(127:2006) Pada dasarnya banyak indicator yang mempengaruhi tingkat
kedisiplinan karyawan suatu organisasi, di antaranya ialah:
1.
Tujuan dan
kemampuan;
2.
Teladan
pimpinan;
3.
Balas jasa;
4.
Keadilan;
5.
Waskat
(Pengawasan melekat);
Adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan petunjuk, jika ada bawahannya yang adanya kebersamaan
aktif antara atasan dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan
dan masyarakat.mengalami kesulitan dalam menggerakan pekerjaan. Jadi, waskat
ini menuntut karyawan, karena dengan waskat ini, atasan harus aktif dan
langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja
bawahannya. Hal ini berarti bahwa atasan harus selalu ada/hadir di tempat
pekerjaannya, supaya dia dapat mengawasi dan memberikan
6.
Sanksi hukuman ;
7.
Ketegasan;
8.
Hukuman
kemanusiaan.
Jadi
pengertian waskat adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/mengetahui
kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan
prestasi kerja, mengaktifkan peranan atas dan bawahan, memggali system-sistem
kerja yang paling efektif dan menciptakan system internal control yang terbaik
dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
2.6
Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Menurut Rosidah
(2009:131) Pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran disiplin dengan memberiakan
peringatan, harus segera, konsisten, dan impersonal.
a.
Pemberian
Peringatan
Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan
surat peringatan pertama, kedua dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah
agar pegawai yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukan.
Disamping itu pula surat peringatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam memberikan penilaian kondite pegawai.
b.
Pemberian Sanksi
Harus Segera
Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan
sanksi yang sesuai dengan peraturan organisasi yang berlaku.Tujuanya, agar
pegawai yang bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku di
perusahaan. Kelalaian pemberian sanksi akan memperlemah disiplin yang ada. Di
samping itu, memberi peluang pelanggar untuk mengabaikan disipln perusahaan.
c.
Pemberian Sanksi
Harus Konsisten
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin
harus konsisten.Hal ini bertujuan agai pegawai sadar dan menghargai
peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan.Ketidakosistenan pemberian
sanksi dapat mengakibatkan pegawai meraqsakan adanya diskriminasi pegawai,
ringannya sanksi, pengabaian disiplin.
d.
Pemberian Sanksi
Harus Impersonal
Pemberian sanksi pelanggaran disiplin harus tidak
membeda-bedakan pegawai, tua muda, pria-wanita tetap diberlalukan sama sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa disiplin
kerja berlaku untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku di perusahaan.